PENGERTIAN TASAWUF
1.
Pengertian Tasawuf
a. Pengertian Tasawuf Secara Lughawi
Untuk mengetahui pengertian (ta’rif) ‘tasawuf , para ahli memulainya dari pangertian menerut bahasa
berdasarkan analisis tentang asal-usul kata ‘tasawuf.
Lafal ‘tashawuf merupakan mashdar (kata jadian) bahasa Arab dari fi’il (kata kerja) ‘tasawwafa, yatasawwafu menjadi ‘tasawwufan.
Kata ‘tasawwafa-yatasawwafu merupakan
fi’lun maziidun biharfaini (kata
kerja tambahan dua huruf), yaitu ‘ta
dan ‘tasydid’, yang sebenarnya
berasal dari fi’lun mujawwadun
tsulaatsiyyun (kata kerja asli dari tiga huruf), yang berbunyi shaufa-yashuufun menjadi shaufan (mashdar); artinya ‘mempunyai
bulu yang banyak’. Perubahan dari kata shaufa-yashuufun-shaufan
menjadi kata tashawwafa-yashuufu-shaufan
yang dalam kaidah bahasa Arab; berarti (menjadi) berbulu yang banyak, dengan
arti sebenarnya menjadi sufi yang cirri khas pakaiannya selalau terbuat dari
bulu domba (wol).
Akan tetapi, arti tasawuf secara lughawi
(etimologi) itu diperselisihkan oleh para ahli. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan mereka dalam
memandang asal-usul kata itu. Asal –usul kata ‘tasawuf’ menurut mereka, antara
lain sebagai berikut.
Pertama, ‘tasawuf berasal dari kata ‘shuf, yang bearti ‘wol kasar’ karena
orang-orang sufi selalu memakai pakaian tersebut sebagai lambang kesederhanaan.
Hal ini merupakan reaksi terhadap kehidupan mewah yang dinikmati oleh birokrat
penguasa, baik penguasa Bani Umayyah maupun Bana Abbas. Kaum sufi ini berusaha menghindari
kemaksiatan dan penyelewengan, dan selalu mencontoh teladan yang telah
diberikan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabat. Mereka mengasingkan diri dan
tekun beribadah serta lebih mengutamakan kesucian jiwa. Para sufi ini muncul
pertama kali di Kufah dan Basrah. Di Kufah terkenal nama Sufyan Ats-Tsaufi
(w.135 H), Abu Hasyim (w.150 H), Dan Jabir bin Hayyan (w.190 H). Di Basrah
muncul para sufi dengan corak yang lebih ekstrem, seperti Hasan Al-Bashri
(w.110 H) dan Rabiah Al-Adwiyah (w.183 H).
Kedua, tasawuf berasal dari akar kata ‘shafa’, yang bearti bersih suci ibarat kaca. Disebut sufi karena
hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Memang , tujuan sufi adalah
membersihkan batin melalui latihan-latihan yang lama dan ketat.
Ketiga, tasawuf berasal dari istilah yang
dikonotasikan dengan Ahl-As-Suffah (ahlu’shuffati),
yaitu orang-orang yang tinggal di suatu kamar samping masjid Nabi di Madinah.
Meraka adalah orang-orang miskin yang telah kehilangan harta benda karena
mengikuti hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Mereka tidur di atas batu dengan
pelana sebagai bantal[1]. Makan
dan minum mereka ditanggung oleh orang-orang kaya di kota Madinah. Walaupun
miskin, mereka adalah pejuang fisabilillah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Teori tentang asal kata tasawuf ini, menunjukkan bahwa praktik-praktik tasawuf
sudah ada sejak zaman Nabi SAW.™
Keempat, tasawuf berasal dari kata ‘sophos’. Kata tersebut berasal dari
Yunani, yang bearti ‘hikmah. Kalau diperhatikan sekilas, memang ada hubungan
antara sufi dan hikmah karena orang sufi membahas masalah yang mereka
persoalkan berdasarkan pembahasan yang falsafi. Mereka berusaha menyucikan jiwa untuk mendekati
Tuhan. Mereka berpandangan bahwa Allah Mahasuci. Hanya jiwa yang suci yang bisa
berhubungan dengan Allah.
Kelima, tasawuf berasal dari kata ‘shaf. Makna ‘shaf’ dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di shaf yang paling depan. Alasannya adalah orang yang shalat di shaf
pertama mendapatkan kemulian dan pahala dai Allah SWT. Kaum sufi pun,menurut
pendapat ini, dimuliakan dan di beri pahala oleh Allah.
Keenam, kata tashawuf berkaitan dengan kata (ash’shifatu) karena para sufi sangat
mementingkan sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-sifat
tercela.
Ketujuh, tasawuf berasal dari kata ‘shaufanah’, yaitu sebangsa buah-buahan
yang berbulu-bulu, dan banyak tumbuh di padang pasir di tanah Arab, di mana
pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula , dalam
kesederhanaannya.
Jadi, dari ketujuh kata tasawuf itu yang paling banyak di akui
kedekatannya dengan makna tasawuf yang di pahami sekarang adalah kata yang
pertama , yakni kata ‘shuf. Adapun
Ibnu Khaldum berkata ;[2]
Tasawuf itu adalah semacam ilmu syar’iyah yang timbul kemudian di dalam
agama, dan menjaga kebaikan tata krama bersama Allah dalam amal-amal lahiriah
dan batiniah dengan berdiri di garis-garisnya, sambil memberikan perhatian pada
penguncian hati dan mengawasi segala gerak-gerik hati pemikirannya demi
memperoleh keselamatan[3].
Asalnya ialah bertekun beribadat dan memutuskan pertalian dengan segala selain
Allah, hanya menghadap Allah semata . Menolak hiasan-hiasan dunia, serta
membenci perkara-perkara yang selalu mendaya orang banyak, kelezatan
harta-benda, dan kemegahan dunia. Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam
khalwat dan ibadah.
b. Pengertian Tasawuf Secara Istilah
Secara istilah, baik menurut kalangan sufi maupun para pengamat, istilah
tasawuf memiliki arti berbeda-beda sesuai dengan pengalaman spiritual dan
pengamatan masing-masing.
Menurut Ibrahim Basyumi, seperti yang dikutip M.Syatoiri, walaupun
bermacam-macam, depenisi tersebut bisa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok.
1. Defenisi
yang terjadi karena dasar (
albidaayatu)
Manusia dengan fitrahnya tidak akan menguasai seluruh hakikat. Hal
tersebut karena di balik seluruh hakikat ada hakikat yang paling agung dan
dapat menguasai seluruh hakikat. Dengan fitrahnya, manusia berusaha untuk
mendekati-Nya, menyerupai-Nya, dan bersatu dengan-Nya. Oleh karena itu, banyak
orang sufi yang memberikan defenisi tasawuf pada fitrahnya, di antaranya
sebagai berikut.
a. Abu Husein An-Nuri (w.272H)
Sufi adalah kelompok kaum yang memiliki hati bersih dari segala
keburukan yang di buat manusia dan bersih dari penyakit batin serta bebas dari
segala bentuk syahwat sehingga mereka berada di barisan yang pertama dan
mendapat derajat yang tinggi serta kebenaran. Ketika mereka meninggalakn
apa-apa selain Allah, jadilah mereka orang-orang yang tidak memiliki dan
dimiliki.[4]
b. Al-Junaidi (w.296 H)
Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan,
menjahui akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusian, dan menjahui segala
keinginan nafsu. Dalam bahasa lain tasawuf pada dasarnya adalah mujahadah melewan hawa nafsu secara
bekesinambungan hingga ia tunduk mengikuti syara’, atau ia adalah kesinambungan
dzikir dan wajd sambil berkomitmen mengikuti Rasulullah SAW., dalam masalah
agama.[5]
c. Dzun Al-Mishri (w.245 H)
Sufi adalah orang yang tidak menyusahkan bagi dirinya dari segala
permintaannya, juga tidak menyusahkan dirinya dari ketiadaan.
2. Defenisi
dari segi kesungguhan (aljaahidatu)
Defenisi tasawuf secara jahidah
mulai mengadakan pendekatan secara alamiah dengan cara memperindah dari melalui
pengalaman agama dalam fadhilah-fadhilahnya.
Atas dasar amaliah ini, banyak yang memberikan ta’rif tasawuf, di antaranya sebagai berikut.
a. Al-Kanani
Tasawuf adalah akhlak, maka barang siapa yang bertambah akhlaknya ,
bertambah pula kesuciannya.
b. An-Nuri
Tasawuf bukanlah lukisan atau ilmu, tetapi akhlak. Bila merupakan lukisan, tasawuf akan
dapat dicapai dengan dasar kesungguhan. Bila merupakan ilmu, tasawuf akan dapat
dicapai dengan belajar. Akan tetapi, tasawuf hanya akan dapat dicapai melalui
akhlak, yaitu akhlak Allah. Pada diri seseoarang tidak akan dapat diterima
akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui ilmu dan lukisan.
c. Sahal bin Abdillah
Tasawuf adalah menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam beribadah
kepada Allah, dan lari dari manusia.
3. Defenisi
dari segi dirasakan (almudaafatu)
Tasawuf dari segi ini, yaitu orang yang sudah memasuki dunia sufi harus
mampu menggerakan jiwa pada
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan yang berhubungan
dengan wujud Tuhan yang mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha mendekatkan
diri kepada Tuhan dengan berbagai cara, seperti memperbanyak amalan. Jadi
tasawuf adalah pembersihan diri. Dengan kata lain, tasawuf merupakan
perpindahan, yaitu dari kehidupan kebendaan pada kehidupan kerohanian.
Namun pengertian tasawuf secara umum menurut Dr. Ibrahim Hilal : tasawuf
itu adalah memilih jalan hidup zuhud, memjauhkan diri dari perhiasan hidup
dalam segala bentuknya. Tasawuf itu adalah bermacam-macam ibadat, wirid dan
lapar, berjaga diwaktumalam dengan memperbanyak sholat dan wirid, sehingga
lemahlah unsur jasmani dalam diri seorang dan semakin kuatlah unsur
kerohaniannya[6].
Tasawuf juga menundukkan jasmani dan rohani dengan jalan yang disebutkan
sebagai usaha mencapai hakikat kesempurnaan rohani dan mengenal dzat Tuhan
dengan segalah kesempurnaannya.
2. Tujuan Taswauf
Tasawuf bertujuan memperoleh suatu hubungan
khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh
kesadaran bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan
menuju kontak komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan. Hal ini
melalaui cara bahwa mnusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat
dengan Tuhan akan berbentuk ‘ittihad’
(bersatu) dengan Tuhan. Tasawuf juga merupakan aspek ajaran Islam yang paling
penting karena peranan tasawuf merupakan jantung ataun urat nadi pelaksanaan
ajaran-ajaran Islam, dan juga merupakan kunci kesempurnaan amaliah ajaran Islam.
Tasawuf juga dapat bertujuan untuk menyucikan jiwa demi tercapainya kesempurnaan
kebahagian hidup, yang yang memerlukan latihan dari suatu tahap ke tahap lain
yang lebih tinggi. Karna kesempurnaan rohani tidaklah dapat di peroleh secara
spontan dan sekaligus[7].
Memang para sufi sependapat bahwa untuk mencapai tujuan dekat atau berada di
hadirat Allah, satu-satunya jalan hanya dengan kesucian jiawa. Untuk mencapai
tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa itu diperlukan pendidikan dan pelatihan
mental yang panjang dan bertingkat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf berasal terdiri dari atas dua yakni secara etimologi dan
terminologi. Pengertian tasawuf secara etimologi terdiri kata ‘shuf yang
berati wol kasar, yang melambangkan kesederhanaan. ‘Shafa’, yang berarti bersih, ‘sophos’,
bearti hikmah, dan ‘shaf’, yakni
dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang
paling depan.
Sedangkan secara terminologi terdiri dari
bebertapa defenisi seperti; defenisi yang terjadi karena dasar, defenisi dari
segi kesungguhan, dan defenisi dari segi yang dirasaka. Tasawuf dapat juga
diartikan sebagai pembersihan diri. Juga suatu perpindahan kehidupan, yaitu
dari kehidupan kebendaan kepada kehidupan kerohanian.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
sebagaimana yang dihrapkan. Karna disebabkan masih kurangnya ilmu yang kami
miliki dan juga terbatasnya bahan yang kami dapatkan, untuk itu kami harapkan
saran dan kritikan dari teman-teman semua untuk kemajuan masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf.
Bandung:Pustaka Setia, 2009.
Hajjaj, Muhammad Fauqi, Tasawuf
Islam dan Akhlak.Jakarta 13220.
Hamka, Tasawuf
Modern . Jakarta Panjimas, 1987.
Zakiah Darajat, Pengantar Ilmu Tasawuf, 1983.