MENERIMA RAKIT, SERVIS, INSTAL KOMPUTER,DLL

Kamis, 09 Mei 2013

PENGERTIAN TASAWUF


                                                                PENGERTIAN TASAWUF


1.      Pengertian Tasawuf
a.      Pengertian Tasawuf Secara Lughawi
Untuk mengetahui pengertian (ta’rif) ‘tasawuf , para ahli memulainya dari pangertian menerut bahasa berdasarkan analisis tentang asal-usul kata ‘tasawuf. Lafal ‘tashawuf merupakan mashdar (kata jadian) bahasa Arab dari fi’il (kata kerja) ‘tasawwafa, yatasawwafu menjadi ‘tasawwufan. Kata ‘tasawwafa-yatasawwafu merupakan fi’lun maziidun biharfaini (kata kerja tambahan dua huruf), yaitu ‘ta dan ‘tasydid’, yang sebenarnya berasal dari fi’lun mujawwadun tsulaatsiyyun (kata kerja asli dari tiga huruf), yang berbunyi shaufa-yashuufun menjadi shaufan (mashdar); artinya ‘mempunyai bulu yang banyak’. Perubahan dari kata shaufa-yashuufun-shaufan menjadi kata tashawwafa-yashuufu-shaufan yang dalam kaidah bahasa Arab; berarti (menjadi) berbulu yang banyak, dengan arti sebenarnya menjadi sufi yang cirri khas pakaiannya selalau terbuat dari bulu domba (wol).
Akan tetapi, arti tasawuf secara lughawi (etimologi) itu diperselisihkan oleh para ahli. Hal ini  diakibatkan oleh perbedaan mereka dalam memandang asal-usul kata itu. Asal –usul kata ‘tasawuf’ menurut mereka, antara lain sebagai berikut.

Pertama, ‘tasawuf berasal dari kata ‘shuf, yang bearti ‘wol kasar’ karena orang-orang sufi selalu memakai pakaian tersebut sebagai lambang kesederhanaan. Hal ini merupakan reaksi terhadap kehidupan mewah yang dinikmati oleh birokrat penguasa, baik penguasa Bani Umayyah maupun Bana Abbas. Kaum sufi ini berusaha menghindari kemaksiatan dan penyelewengan, dan selalu mencontoh teladan yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabat. Mereka mengasingkan diri dan tekun beribadah serta lebih mengutamakan kesucian jiwa. Para sufi ini muncul pertama kali di Kufah dan Basrah. Di Kufah terkenal nama Sufyan Ats-Tsaufi (w.135 H), Abu Hasyim (w.150 H), Dan Jabir bin Hayyan (w.190 H). Di Basrah muncul para sufi dengan corak yang lebih ekstrem, seperti Hasan Al-Bashri (w.110 H) dan Rabiah Al-Adwiyah (w.183 H).

Kedua, tasawuf berasal dari akar kata ‘shafa’, yang bearti bersih suci ibarat kaca. Disebut sufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Memang , tujuan sufi adalah membersihkan batin melalui latihan-latihan yang lama dan ketat.

Ketiga, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan Ahl-As-Suffah (ahlu’shuffati), yaitu orang-orang yang tinggal di suatu kamar samping masjid Nabi di Madinah. Meraka adalah orang-orang miskin yang telah kehilangan harta benda karena mengikuti hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Mereka tidur di atas batu dengan pelana sebagai bantal[1]. Makan dan minum mereka ditanggung oleh orang-orang kaya di kota Madinah. Walaupun miskin, mereka adalah pejuang fisabilillah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Teori tentang asal kata tasawuf ini, menunjukkan bahwa praktik-praktik tasawuf sudah ada sejak zaman Nabi SAW.™

Keempat, tasawuf berasal dari kata ‘sophos’. Kata tersebut berasal dari Yunani, yang bearti ‘hikmah. Kalau diperhatikan sekilas, memang ada hubungan antara sufi dan hikmah karena orang sufi membahas masalah yang mereka persoalkan berdasarkan pembahasan yang falsafi. Mereka  berusaha menyucikan jiwa untuk mendekati Tuhan. Mereka berpandangan bahwa Allah Mahasuci. Hanya jiwa yang suci yang bisa berhubungan dengan Allah.

Kelima, tasawuf berasal dari kata ‘shaf. Makna ‘shaf’ dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan. Alasannya adalah orang yang shalat di shaf pertama mendapatkan kemulian dan pahala dai Allah SWT. Kaum sufi pun,menurut pendapat ini, dimuliakan dan di beri pahala oleh Allah.

Keenam, kata tashawuf berkaitan dengan kata (ash’shifatu) karena para sufi sangat mementingkan sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-sifat tercela.

Ketujuh, tasawuf berasal dari kata ‘shaufanah’, yaitu sebangsa buah-buahan yang berbulu-bulu, dan banyak tumbuh di padang pasir di tanah Arab, di mana pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula , dalam kesederhanaannya.

Jadi, dari ketujuh kata tasawuf itu yang paling banyak di akui kedekatannya dengan makna tasawuf yang di pahami sekarang adalah kata yang pertama , yakni kata ‘shuf. Adapun Ibnu Khaldum berkata ;[2] Tasawuf itu adalah semacam ilmu syar’iyah yang timbul kemudian di dalam agama, dan menjaga kebaikan tata krama bersama Allah dalam amal-amal lahiriah dan batiniah dengan berdiri di garis-garisnya, sambil memberikan perhatian pada penguncian hati dan mengawasi segala gerak-gerik hati pemikirannya demi memperoleh keselamatan[3]. Asalnya ialah bertekun beribadat dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata . Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang selalu mendaya orang banyak, kelezatan harta-benda, dan kemegahan dunia. Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah.

b.      Pengertian Tasawuf Secara Istilah
Secara istilah, baik menurut kalangan sufi maupun para pengamat, istilah tasawuf memiliki arti berbeda-beda sesuai dengan pengalaman spiritual dan pengamatan masing-masing.
Menurut Ibrahim Basyumi, seperti yang dikutip M.Syatoiri, walaupun bermacam-macam, depenisi tersebut bisa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok.

1.      Defenisi yang terjadi karena dasar ( albidaayatu)
Manusia dengan fitrahnya tidak akan menguasai seluruh hakikat. Hal tersebut karena di balik seluruh hakikat ada hakikat yang paling agung dan dapat menguasai seluruh hakikat. Dengan fitrahnya, manusia berusaha untuk mendekati-Nya, menyerupai-Nya, dan bersatu dengan-Nya. Oleh karena itu, banyak orang sufi yang memberikan defenisi tasawuf pada fitrahnya, di antaranya sebagai berikut.
a.      Abu Husein An-Nuri (w.272H)
Sufi adalah kelompok kaum yang memiliki hati bersih dari segala keburukan yang di buat manusia dan bersih dari penyakit batin serta bebas dari segala bentuk syahwat sehingga mereka berada di barisan yang pertama dan mendapat derajat yang tinggi serta kebenaran. Ketika mereka meninggalakn apa-apa selain Allah, jadilah mereka orang-orang yang tidak memiliki dan dimiliki.[4]


b.      Al-Junaidi (w.296 H)
Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjahui akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusian, dan menjahui segala keinginan nafsu. Dalam bahasa lain tasawuf pada dasarnya adalah mujahadah melewan hawa nafsu secara bekesinambungan hingga ia tunduk mengikuti syara’, atau ia adalah kesinambungan dzikir dan wajd sambil berkomitmen mengikuti Rasulullah SAW., dalam masalah agama.[5]
c.       Dzun Al-Mishri (w.245 H)
Sufi adalah orang yang tidak menyusahkan bagi dirinya dari segala permintaannya, juga tidak menyusahkan dirinya dari ketiadaan.


2.      Defenisi dari segi kesungguhan (aljaahidatu)
Defenisi tasawuf secara jahidah mulai mengadakan pendekatan secara alamiah dengan cara memperindah dari melalui pengalaman agama dalam fadhilah-fadhilahnya.
Atas dasar amaliah ini, banyak yang memberikan ta’rif tasawuf, di antaranya sebagai berikut.
a.      Al-Kanani
Tasawuf adalah akhlak, maka barang siapa yang bertambah akhlaknya , bertambah pula kesuciannya.
b.      An-Nuri
Tasawuf bukanlah lukisan atau ilmu, tetapi  akhlak. Bila merupakan lukisan, tasawuf akan dapat dicapai dengan dasar kesungguhan. Bila merupakan ilmu, tasawuf akan dapat dicapai dengan belajar. Akan tetapi, tasawuf hanya akan dapat dicapai melalui akhlak, yaitu akhlak Allah. Pada diri seseoarang tidak akan dapat diterima akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui ilmu dan lukisan.
c.        Sahal bin Abdillah
Tasawuf adalah menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah, dan lari dari manusia.

3.      Defenisi dari segi dirasakan (almudaafatu)
Tasawuf dari segi ini, yaitu orang yang sudah memasuki dunia sufi harus mampu menggerakan jiwa  pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan yang berhubungan dengan wujud Tuhan yang mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara, seperti memperbanyak amalan. Jadi tasawuf adalah pembersihan diri. Dengan kata lain, tasawuf merupakan perpindahan, yaitu dari kehidupan kebendaan pada kehidupan kerohanian.
Namun pengertian tasawuf secara umum menurut Dr. Ibrahim Hilal : tasawuf itu adalah memilih jalan hidup zuhud, memjauhkan diri dari perhiasan hidup dalam segala bentuknya. Tasawuf itu adalah bermacam-macam ibadat, wirid dan lapar, berjaga diwaktumalam dengan memperbanyak sholat dan wirid, sehingga lemahlah unsur jasmani dalam diri seorang dan semakin kuatlah unsur kerohaniannya[6]. Tasawuf juga menundukkan jasmani dan rohani dengan jalan yang disebutkan sebagai usaha mencapai hakikat kesempurnaan rohani dan mengenal dzat Tuhan dengan segalah kesempurnaannya.




2.      Tujuan Taswauf
Tasawuf bertujuan memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalaui cara bahwa mnusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk ‘ittihad’ (bersatu) dengan Tuhan. Tasawuf juga merupakan aspek ajaran Islam yang paling penting karena peranan tasawuf merupakan jantung ataun urat nadi pelaksanaan ajaran-ajaran Islam, dan juga merupakan kunci kesempurnaan amaliah ajaran Islam. Tasawuf juga dapat bertujuan untuk menyucikan jiwa demi tercapainya kesempurnaan kebahagian hidup, yang yang memerlukan latihan dari suatu tahap ke tahap lain yang lebih tinggi. Karna kesempurnaan rohani tidaklah dapat di peroleh secara spontan dan sekaligus[7]. Memang para sufi sependapat bahwa untuk mencapai tujuan dekat atau berada di hadirat Allah, satu-satunya jalan hanya dengan kesucian jiawa. Untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa itu diperlukan pendidikan dan pelatihan mental yang panjang dan bertingkat.



                                                     
                                                                                    PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Tasawuf berasal terdiri dari atas dua yakni secara etimologi dan terminologi. Pengertian tasawuf secara etimologi terdiri kata  ‘shuf yang berati wol kasar, yang melambangkan kesederhanaan. ‘Shafa’, yang berarti bersih, ‘sophos’, bearti hikmah, dan ‘shaf’, yakni dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan.
       Sedangkan secara terminologi terdiri dari bebertapa defenisi seperti; defenisi yang terjadi karena dasar, defenisi dari segi kesungguhan, dan defenisi dari segi yang dirasaka. Tasawuf dapat juga diartikan sebagai pembersihan diri. Juga suatu perpindahan kehidupan, yaitu dari kehidupan kebendaan kepada kehidupan kerohanian.

B.     Saran
      Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang dihrapkan. Karna disebabkan masih kurangnya ilmu yang kami miliki dan juga terbatasnya bahan yang kami dapatkan, untuk itu kami harapkan saran dan kritikan dari teman-teman semua untuk kemajuan masa yang akan datang




                                         DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf. Bandung:Pustaka Setia, 2009.
Hajjaj, Muhammad Fauqi, Tasawuf Islam dan Akhlak.Jakarta 13220.
Hamka, Tasawuf Modern . Jakarta Panjimas, 1987.      
Zakiah Darajat, Pengantar Ilmu Tasawuf, 1983.



[1] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia, 2009. Hlm. 12 .
[2] Hamka. Tasawuf modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987. Hlm 13.
[3] M. Fauqi Hajjaj. Tasawuf Islam dan Akhla. Hlm.6.
[4] .Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2009-hlm.15.

[6] Zakiah Darajat. Pengantar ilmu tasawuf. Hlm.11.
[7] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf.Bandung: Pustaka Setia,2009 Hlm.18-19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Auto ping

Ping your blog, website, or RSS feed for Free